Ragam Daerah & Inspirasi Lokal

Beras Tinggal Satu Muk, Nenek Poniyah Menangis di Bawah Pohon Mangga Karena Belum Makan

17
×

Beras Tinggal Satu Muk, Nenek Poniyah Menangis di Bawah Pohon Mangga Karena Belum Makan

Sebarkan artikel ini
Ketua SMSI Sergai, Zuhari (kiri), menyerahkan bantuan sembako kepada pasangan lansia Poniyah (67) dan Ponirem (65) di Dusun VI, Desa Sialang Buah, Kecamatan Teluk Mengkudu, Serdang Bedagai, Minggu, 11 Mei 2025. (kedannews.com/Foto: Ist).

SERGAI, kedannews.com – Hati siapa yang tak pilu melihat kenyataan memilukan ini. Di tengah siang terik, Minggu, 11 Mei 2025, pasangan lansia asal Dusun VI, Desa Sialang Buah, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, hanya bisa duduk terdiam di bawah Pohon Mangga depan rumah. Mereka belum makan sejak pagi, sementara di dapur hanya tersisa satu muk beras.

“Saya dan suami hanya bisa merenung di bawah pohon. Kenapa nasib kami begini ya Allah,” ungkap Poniyah (67) dengan mata berkaca-kaca.

Suaminya, Ponirem (65), hanya menunduk saat istrinya sempat marah karena tidak bisa membelikan gula rendah kalori. “Saya memang marah, tapi bukan karena benci. Saya hanya sedih, saya butuh gula rendah kalori karena saya punya penyakit gula,” kata Poniyah kepada Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Sergai, Zuhari, yang mengunjungi rumah mereka.

Menurut Poniyah, bukan tanpa alasan ia meluapkan emosinya. Suaminya, seorang abang becak motor (betor), hanya punya Rp20 ribu, itu pun harus disimpan untuk membeli minyak becak jika nanti ada panggilan antar barang. “Gula rendah kalori sekarang harganya di atas Rp20 ribu, sedangkan kami sudah dua hari tak punya penghasilan,” ungkapnya.

Parahnya lagi, Ponirem menderita TBC kronis. Ia sering batuk mengeluarkan darah dan seharusnya sudah tidak boleh bekerja berat. Namun demi menyambung hidup, ia tetap memaksakan diri mencari sewa antar material bangunan dari panglong.

“Kalau tak kerja, mau makan apa? Bantuan sosial dari pemerintah yang kami terima saat bulan puasa kemarin, tahun 2025, juga sudah lama habis,” imbuh Poniyah.

Beras satu muk yang tersisa rencananya akan dimasak menjadi bubur agar cukup dimakan siang dan malam. Rumah tempat mereka tinggal sangat memprihatinkan: berdinding tepas bolong di sana-sini, beratap seng bocor, berlantai tanah, dan berdiri di atas tanah milik orang lain.

“Kalau bukan karena bantuan Pak Zuhari, kami mungkin hanya makan bubur itu hari ini. Alhamdulillah, beliau datang tepat waktu,” ujar Poniyah lirih.

Kedatangan Zuhari, Ketua SMSI Sergai, menjadi angin segar bagi pasangan lansia itu. Ia membawa bantuan berupa beras, gula pasir, dan minyak goreng.

“Ini hanya bantuan kecil untuk meringankan beban. Saya berbagi karena kebetulan ada rezeki. Mohon doanya agar saya selalu diberi rezeki dan dijauhkan dari sifat sombong,” ujar Zuhari sambil duduk makan siang bersama Poniyah, Ponirem, dan seorang cucu mereka di bawah pohon mangga di pinggir jalan.

Di akhir pertemuan, Poniyah tak kuasa menahan air mata. Ia mengangkat tangan dan berdoa, “Semoga Allah SWT memberi kesehatan dan rezeki kepada Pak Zuhari, dijauhkan dari orang-orang dengki dan diberikan keselamatan setiap hari.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *