KOTA GAZA, kedannews.co.id – Penderitaan ratusan ribu warga Palestina yang mengungsi di Jalur Gaza semakin mengkhawatirkan saat hujan deras dan cuaca dingin mulai melanda wilayah tersebut pada Jumat pagi, (13/11/2025). Kondisi ini memicu ancaman banjir, tanah longsor, hingga potensi runtuhnya tenda-tenda pengungsian yang sudah rusak, sebagaimana dilaporkan Anadolu Agency (AA).
Menurut keterangan Departemen Meteorologi Palestina, Gaza saat ini berada di bawah pengaruh sistem tekanan rendah yang membawa massa udara dingin, hujan lebat, dan badai petir. Kondisi cuaca ekstrem ini dinilai berbahaya bagi warga yang masih tinggal di tenda-tenda sementara.
Peringatan Darurat Pertahanan Sipil
Dalam pernyataannya, Pertahanan Sipil Gaza mengeluarkan sejumlah pedoman keselamatan kepada masyarakat, khususnya kepada para pengungsi yang tinggal di tenda.
Pihak Pertahanan Sipil menegaskan agar warga memastikan tenda mereka diikat dengan kuat, terutama bagi yang tinggal dekat garis pantai yang rawan angin kencang. Mereka juga diminta membuat gundukan pasir sebagai penghalang masuknya air laut.
“Kami meminta warga menjauhi bangunan yang telah rusak berat akibat serangan udara karena bangunan tersebut berpotensi runtuh saat terkena air hujan,” demikian peringatan resmi Pertahanan Sipil.
Badan tersebut juga mengingatkan warga untuk tidak menyalakan api di dalam atau sekitar tenda, terutama dekat bahan plastik atau kain, demi menghindari risiko kebakaran. Selain itu, Pertahanan Sipil menyerukan agar warga membuat parit dan saluran air di antara tenda-tenda guna mengantisipasi banjir.
Rasa Cemas Pengungsi Meningkat
Pengungsi menyampaikan kekhawatiran bahwa badai yang terjadi dapat menyebabkan tenda dan sedikit persediaan mereka terendam, sebagaimana dialami dalam dua musim hujan sebelumnya selama periode agresi Israel. Pada periode tersebut, tenda-tenda mereka bahkan sempat tumbang tertiup angin atau hancur, memperburuk kondisi karena minimnya tempat perlindungan alternatif.
Situasi diperparah oleh serangan udara Israel yang sebelumnya telah merusak sebagian besar infrastruktur. Kantor Media Gaza memperkirakan 93 persen tenda pengungsi tidak layak huni, yakni sekitar 125.000 dari total 135.000 tenda. Minimnya peralatan dan bahan bangunan menjadi kendala utama, terutama karena pembatasan Israel terhadap masuknya bantuan kemanusiaan.
Keterbatasan Bantuan dan Pelanggaran Kesepakatan
Pihak berwenang di Gaza menyebut Israel dianggap telah melanggar protokol kemanusiaan dalam perjanjian gencatan senjata yang dicapai bulan lalu. Pelanggaran tersebut termasuk memblokir masuknya tenda, rumah mobil, dan bahan perlindungan lainnya ke wilayah Gaza.
Tahap pertama gencatan senjata berdasarkan rencana 20 poin Presiden AS Donald Trump mencakup pembebasan sandera Israel sebagai imbalan pembebasan tahanan Palestina. Rencana tersebut juga menyinggung rekonstruksi Gaza serta pembentukan mekanisme administrasi baru tanpa kehadiran Hamas.
Sejak Oktober 2023, Israel dilaporkan telah menewaskan lebih dari 69.000 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, serta menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza.
Hal tersebut sebagaimana diberitakan astroawani.












