Medan, kedannews.co.id — Viral sebuah video yang memperlihatkan diduga adanya cacing hidup pada menu Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di SMA Negeri 6 Medan. Cacing itu tampak berada pada lauk telur orak-arik menggeliat bergerak-gerak. Video tersebut beredar luas pada Jumat siang (14/11/2025) dan memicu perhatian publik.
Menanggapi hal itu, Ilwan Hotmatua Siregar, S.Pd, selaku penanggung jawab pembagian MBG di SMA Negeri 6 Kota Medan sekaligus guru Penjas kelas X dan XI, menyampaikan bahwa pihaknya baru mengetahui informasi tersebut setelah jam pulang sekolah. Ia menegaskan bahwa belum ada kepastian apakah video itu benar terjadi di lingkungan SMA Negeri 6 Kota Medan.
Ilwan mengatakan, sampai saat ini tidak ada laporan dari siswa maupun guru terkait temuan seperti di dalam video.
Dalam keterangannya, ia menjelaskan secara tidak langsung bahwa pihak sekolah belum bisa memastikan kebenaran lokasi karena video tersebut tidak menunjukkan wajah siswa maupun ciri khas sekolah.
“Saya pun baru dapat informasinya. Ada media datang barusan mengatakan ada video yang menunjukkan memang ada cacing di lauknya. Tapi saya tidak bisa pastikan itu SMA Negeri 6 Medan, karena wajah siswinya tidak terlihat di video,” ujar Ilwan di ruang kerjanya, Jumat siang.
Ia menambahkan, “Kalau dari laporan siswa, tidak ada ke saya sebagai guru. Dari guru yang lain juga belum ada informasi. Karena videonya baru kami ketahui setelah siswa dan guru pulang, kami belum bisa mengonfirmasi.”
Pihak sekolah berencana meminta keterangan dari seluruh kelas pada hari Senin, untuk memastikan apakah peristiwa itu benar terjadi di sekolah mereka atau di sekolah lain yang juga menerima suplai makanan dari dapur yang sama.
Pengawasan MBG Selama Dua Pekan Berjalan Lancar
Lebih lanjut, Ilwan menyampaikan secara tidak langsung bahwa selama dua minggu program MBG berjalan di SMA Negeri 6 Kota Medan, tidak ada kendala yang ditemukan. Ia bahkan menilai antusiasme siswa cukup baik.
Ada 708 siswa yang menerima MBG setiap hari, ditambah 1 porsi tester yang selalu tersedia.
Ilwan menjelaskan, sebelum makanan dibagikan, panitia selalu memeriksa kualitas makanan melalui penciuman aroma, mencicipi sampel, hingga mengecek kelayakan lauk.
“Sebelum dibagikan, saya mencoba dulu. Saya cium baunya, rasanya, dan kami ambil sampel acak. Sampel itu disediakan langsung dari dapurnya,” jelasnya.
Nama penyedia makanan, kata Ilwan, tidak ia ketahui secara rinci karena pengadaan berada di bawah bagian kesiswaan. Panitia hanya bertugas mengatur distribusi dan pengembalian wadah.
Satu Dapur Layani Beberapa Sekolah
Ilwan mengatakan bahwa dapur penyedia MBG tersebut melayani beberapa sekolah sekaligus, sehingga kemasan dan menu yang diterima oleh tiap sekolah seragam.
“Bukan hanya satu sekolah, dapur itu memasok ke beberapa sekolah. Jadi saya belum bisa pastikan video itu dari sekolah ini atau sekolah lain,” terangnya.
Ketika melihat video tersebut, Ilwan menyebut bahwa benda menyerupai cacing yang tampak di dalam lauk kemungkinan bukan berasal dari makanan yang busuk, namun bisa saja berasal dari selada yang kurang bersih.
“Saya lihat itu seperti cacing tanah. Ada selada di sampingnya. Kemungkinan seladanya dicabut, masih ada tanah atau akar kecil yang ikut masuk. Ini hanya dugaan saya setelah melihat videonya,” ujarnya.
Namun ia menegaskan, dugaan tersebut belum dapat dipastikan sebelum klarifikasi dilakukan.
Langkah Lanjutan Jika Kejadian Terjadi di SMA Negeri 6 Kota Medan
Jika pada Senin nanti ditemukan bahwa video tersebut benar berasal dari SMA Negeri 6, pihak sekolah akan menggelar rapat untuk menentukan langkah tindak lanjut, termasuk berkoordinasi dengan pihak dapur penyedia.
“Kalau nanti benar itu dari sekolah ini, kami akan rapat lagi bagaimana tindak lanjut MBG ini. Termasuk membicarakan solusi dengan pihak dapur. Tidak mungkin kami cek satu per satu 708 porsi karena keterbatasan waktu dan tenaga,” kata Ilwan.
Ilwan berharap persoalan ini tidak berulang dan program MBG tetap memberikan manfaat bagi kesehatan siswa.
“Harapannya kalau memang ini kejadian di sekolah, ada solusi supaya tidak terulang. Program ini seharusnya bermanfaat, bukan menimbulkan penyakit seperti yang terlihat di video itu,” tutupnya.












