Politik & Pemerintahan

Aktivis Literasi di Tulungagung Getol Selenggarakan Advokasi Minat Baca dan Pengembangan Pemikiran

5
×

Aktivis Literasi di Tulungagung Getol Selenggarakan Advokasi Minat Baca dan Pengembangan Pemikiran

Sebarkan artikel ini
Aktivis Literasi di Tulungagung Getol Selenggarakan Advokasi Minat Baca dan Pengembangan Pemikiran
Kedai baca KAKOFONI menyediakan perpustakaan sederhana. (kedannews.com/Gusti Indah)

Tulungagung, kedannews.comTurunnya minat baca dan kualitas wawasan siswa/mahasiswa akibat pembelajaran online yang berlangsung hampir dua tahun menjadi lecutan bagi sekelompok Pemuda Tulungagung untuk mengkampanyekan kembali budaya baca dan analisis. 

Kelompok ini akan menyelenggarakan serangkaian kegiatan pemulihan budaya literasi yaitu suatu budaya di masyarakat yang berkaitan dengan kegiatan membaca dan menulis. 

“Kebanyakan dari siswa/mahasiswa saat ini hanya mengandalkan media online, sebagai penyedia informasi tercepat tanpa memikirkan dampak ketergantungan yang menimpa” Kata Bang Iwan Pemilik kedai, Selasa (18/1/2022).

Kedai baca yang mereka namakan KAKOFONI (nama dari salah wilayah Ketanon) kedai juga menyediakan perpustakaan sederhana (Mini Library). 

“Kegiatan ini tidak dibentuk atas nama Komunitas apapun, dan murni karena yang juga merupakan tempat diselenggarakannya seluruh kegiatan literasi ini” lanjutnya

“Ide ini berangkat dari hobinya membaca kemudian ingin menularkan ketertarikan membaca ke orang-orang terutama lingkungan sekitar. Dan terbesitlah gagasan untuk membuat tempat yang merakyat untuk berkumpul dan berdiskusi”, tambah Iwan.

Menurutnya pada tahun 2020 ketika sudah mulai dikenal pengunjung, dirinya dan sebagian langganan yang juga tertarik pada buku-buku bacaan, giat menyelenggarakan acara. Baik tentang Buku, Seni, dan banyak lagi. 

“Tak hanya masyarakat lokal Tulungagung yang tertarik untuk menyelenggarakan acara di tempat ini, banyak juga kawan dari luar kota juga ikut menyelenggarakan acara di tempat ini,” tuturnya.

Namun sayang, kekurangan media publikasi acara hanya mengandalkan story dan Broadcast di whatsapp menjadi kendala tersendiri untuk menarik perhatian masyarakat umum bergabung memeriahkan acara ini.

Begitu pula kondisi cuaca yang sejak bulan oktober terpantau sulit diprediksi berimbas pada menurunnya jumlah peserta yang ikut dalam kegiatan ini. 

Disebutkan, para peserta yang hadir biasanya didominasi oleh kalangan Mahasiswa, namun tak sedikit pula usia dewasa yang telah lulus mengenyam pendidikan perguruan tinggi ataupun orang awam yang tertarik untuk sekedar menghibur diri dengan mengikuti acara ini.

Ini menunjukkan geliat penyadaran akan literasi yang dibungkus dalam sajian tempat rekreasi. hal ini merupakan cara yang efektif dalam memberikan nilai positif penyadaran budaya literasi, diantaranya, Tualang Buku, Bincang Tualang, Jumpa di Kakofoni, Serangan Layar, dan penamaan-penamaan acara lainnya juga memiliki cerita tersendiri.

Dalam pernyataan terkait Kata “Tualang Buku” sebagai nama acara yang digelar oleh teman-teman ini, selain untuk menarik perhatian juga menggambarkan bahwa orang yang hadir bukanlah orang yang sudah memiliki bakat dalam menganalisis atau hanya mereka yang sudah paham betul dengan tema yang diusung.

Melainkan mereka yang tertarik dan ingin bertualang mengulik tema-tema yang disajikan. Hal ini merupakan pertimbangan awal penggunaan kata “Tualang” dan membuat kegiatan ini lebih memasyarakat dan mampu menarik atensi publik. 

“Harapan dari teman-teman aktivis literasi ini semoga nantinya acara ini dapat terus diselenggarakan dan mendapat respon yang lebih besar terutama dari masyarakat lokal untuk meningkatkan minat baca di Daerah Tulungagung,” tutupnya.

Penulis: Gusti Indah
Editor: Mery Ismail, S.Sos


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *