Edy Rahmayadi meminta bupati/walikota untuk segera mencari solusi dalam mengendalikan inflasi ini, karena bupati/walikota merupakan pimpinan daerah yang memiliki kewenangan dalam penggunaan anggaran. Selain itu, Edy juga mengingatkan pentingnya percepatan serapan APBD Kabupaten/Kota untuk mengatasi inflasi tersebut.
Kepala Perwakilan BI Sumut Doddy Zulverdi menyampaikan, perkembangan ekonomi Sumut terus tumbuh pada triwulan II-2022 yakni sebesar 4,70% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Meski saat ini kondisi global mengalami tekanan inflasi yang cukup tinggi, Sumut mendapatkan windfall (rejeki nomplok) dari kenaikan harga komoditas di pasar global. Selain itu, konsumsi masyarakat juga mengalami ekspansi seiring dengan HBKN Idulfitri dan melonggarnya restriksi mobilitas.
“Penopang utama pertumbuhan ekonomi Sumut ini pada konsumsi rumah tangga sebesar 50,64% dan ini yang tertinggi, lalu disusul oleh konsumsi pemerintah, pertanian, industri, perdagangan, konstruksi dan real estate,” ucap Doddy.
Perekonomian Sumut juga mulai pulih dan semakin membaik, hal tersebut menurutnya, tercermin pada meningkatnya mobilitas masyarakat yang dapat mendorong peningkatan konsumsi. Peningkatan konsumsi masyarakat juga terkonfirmasi melalui peningkatan keyakinan konsumen dan indeks penjualan riil. Hasil liaison BI juga mengkonfirmasi adanya potensi peningkatan permintaan domestik dan ekspor di tengah kenaikan biaya bahan baku, serta energi sebagai dampak krisis global yang terus berlanjut.
Namun Doddy juga mengingatkan Pemprov Sumut adanya tren peningkatan tekanan inflasi tahunan kedepan. Dilihat dari data pada Juli 2022 sebesar 6,43% (yoy) dan inflasi Sumut sebesar 5,62% (yoy) sehingga harus diwaspadai, karena telah melampaui sasaran inflasi nasional 3%±1%. Penyebab utama peningkatan tekanan inflasi Sumut tersebut adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau dan kelompok transportasi.
Secara disagregasi, kelompok pangan menjadi penyumbang utama tekanan inflasi tahunan Juli 2022 dengan andil sebesar 2,83% (yoy) diikuti kelompok core inflation dengan andil 1,85% (yoy) dan kelompok administered price dengan andil 1,07% (yoy).
Kota Medan dengan pangsa inflasi mencapai 84,60% terhadap total inflasi Sumut mengalami tekanan inflasi tahunan Juli 2022 yang cukup tinggi sebesar 5,45% (yoy). Empat kota lainnya terpantau mengalami tren peningkatan tekanan inflasi tahunan Juli 2022, yaitu Gunungsitoli sebesar 7,80% (yoy), Padangsidimpuan sebesar 7,15% (yoy), Sibolga sebesar 6,98% (yoy), dan Pematangsiantar sebesar 5,78% (yoy).