Medan, kedannews.com – Pernyataan mengejutkan datang dari seorang pria yang selama ini dikenal sebagai “tuan imam” di tengah komunitasnya. Sosok yang belakangan diketahui bernama Hanafi akhirnya secara terbuka mengakui bahwa dirinya memiliki istri berjumlah belasan.
“Benar,” jawab Hanafi dengan nada tenang ketika dikonfirmasi oleh wartawan melalui sambungan telepon seluler pada Rabu, 4 Juni 2025, sekitar pukul 11.44 WIB.
Namun saat ditanya secara spesifik berapa jumlah pasti istri yang ia miliki, Hanafi enggan memberikan jawaban gamblang. Ia justru mengajak wartawan untuk datang langsung ke tempat tinggalnya.
“Datanglah saja anda kemari, tak pantas secara by phone seperti ini,” ujarnya, seakan mencoba menghindari pertanyaan lebih jauh.
Lebih mengejutkan lagi, Hanafi terkesan menantang otoritas keagamaan, khususnya Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ia tidak membalas surat-surat resmi yang telah dikirimkan oleh MUI kepada dirinya.
“Tidak ada saya berjanji melayangkan surat ke MUI dan saya tidak membalas surat dari MUI,” ucapnya dengan nada datar.
Ironisnya, pria yang diperkirakan berusia 37 tahun ini mengakui bahwa tindakan beristri lebih dari empat bertentangan dengan Fatwa MUI. Ia sadar bahwa hal itu termasuk penyimpangan, namun tetap bersikeras mempertahankan pilihannya.
“Hanya karena saya tidak mengikuti sampai sekarang Fatwa MUI yang sudah dilakukan oleh mereka (MUI),” ungkap Hanafi.
Alih-alih introspeksi, Hanafi justru membandingkan masalah yang menimpanya dengan berbagai persoalan lain yang menurutnya lebih penting untuk diurus negara.
“Dari pada ngurusi tuan imam seperti ini,” katanya.
Ia juga menyoroti masalah sosial yang menurutnya lebih darurat seperti perzinahan, anak hamil di luar nikah, dan perceraian.
“Tapi kalau masalah ril perzinahan, anak hamil di luar nikah, perceraian, kenapa itu tidak diurusi. Kenapa si tuan imam ini yang diributkan,” ucap Hanafi mempertanyakan sikap masyarakat dan lembaga keagamaan.
Saat disinggung bahwa Fatwa MUI secara jelas menyatakan bahwa beristri lebih dari empat adalah haram dan termasuk dalam kategori zina, Hanafi kembali mengelak menjawab secara langsung.
Bahkan ketika ditegaskan bahwa sebagai sosok panutan ia seharusnya memberi contoh yang sesuai syariat, Hanafi mulai menunjukkan nada bicara tinggi.
“Saya rasa, saya gak pas bicara sama anda seperti ini. Apalagi cara menelpon seperti ini,” katanya sambil mengakhiri percakapan.