Cerita & HiburanCerita Sedih / Haru

Cerita Sedih: Kala Cinta Terpisah oleh Waktu dan Takdir

36
×

Cerita Sedih: Kala Cinta Terpisah oleh Waktu dan Takdir

Sebarkan artikel ini
Seorang pemuda sederhana (Aidan) dan gadis cantik (Lila) saat pertama kali bertemu di taman yang penuh bunga bermekaran. (Dokumen kedannews.co.id).

Di sebuah kota kecil yang sunyi, hidup dua insan yang dipertemukan oleh takdir. Namanya Aidan dan Lila. Mereka bertemu di sebuah taman saat musim semi, ketika bunga-bunga bermekaran dan angin membawa aroma harapan baru. Aidan adalah pemuda sederhana, berjiwa hangat, dan penuh mimpi. Sedangkan Lila, gadis cantik dengan mata berbinar, menyimpan luka yang belum sembuh dari masa lalunya.

Saat pertama kali bertemu, keduanya merasakan sesuatu yang tak bisa dijelaskan. Aidan yang biasanya pendiam, tiba-tiba berubah menjadi ceria hanya untuk membuat Lila tersenyum. Lila, yang selama ini takut membuka hati, menemukan ketenangan dalam pelukan Aidan. Mereka menjalani hari-hari penuh tawa, saling berbagi cerita dan mimpi.

Namun cinta mereka tak berjalan mulus. Lila berasal dari keluarga kaya, penuh tekanan dan ekspektasi yang tinggi. Sedangkan Aidan hanya anak tukang bangunan, dengan masa depan yang tidak jelas. Keluarga Lila menolak keras hubungan mereka, memandang Aidan sebagai penghalang cita-cita anaknya.

Perpisahan di Bawah Cahaya Bulan

Hari-hari berlalu, tekanan dari keluarga semakin menjadi-jadi. Lila terjebak di antara cintanya pada Aidan dan kewajibannya pada keluarga. Suatu malam di bawah cahaya bulan purnama, mereka bertemu di taman yang dulu menjadi saksi awal kisah mereka.

Dengan suara bergetar, Lila berkata,
“Aidan, aku harus pergi. Keluargaku tak akan pernah menerima kita. Aku takut kehilangan mereka, tapi lebih dari itu, aku takut kehilangan dirimu juga.”

Aidan menggenggam tangan Lila erat,
“Lila, aku tak peduli apa kata mereka. Aku akan berjuang untuk kita, untuk cinta kita.”

Namun Lila menggeleng pelan,
“Kadang, cinta tidak cukup untuk melawan kenyataan.”

Air mata mengalir deras dari mata mereka berdua, ketika mereka saling berjanji suatu hari nanti akan bertemu lagi, meski harus berpisah untuk saat ini.

Perjuangan dan Surat Tanpa Nama

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *