Cerita & HiburanCerita Sedih / Haru

Cerita Sedih: Harapan di Ujung Senja

6
×

Cerita Sedih: Harapan di Ujung Senja

Sebarkan artikel ini
Sepasang kekasih berdiri di tepi desa saat matahari terbenam. Wajah mereka mengekspresikan harapan dan kerinduan, di tengah latar belakang rumah-rumah sederhana dan pepohonan hijau. (Dokumen kedannews.co.id).

“Lila, tunggulah aku. Aku akan kembali dengan cerita yang berbeda.”

Namun, rindu yang dalam tak selalu mudah ditahan. Ada kalanya air mata mengalir dalam kesendirian, ada kalanya lelah dan putus asa menggoda untuk menyerah. Tapi Arga tahu, menyerah berarti mengingkari janji dan cinta mereka.

Mimpi yang Mulai Tumbuh dan Luka yang Membekas

Waktu terus berjalan tanpa pernah menunggu. Toko kecil Arga yang dulu sederhana mulai berkembang. Dari sudut kota yang ramai, ia membuka toko kedua, lalu ketiga. Usahanya tidak serta-merta berjalan mulus, banyak rintangan menghadang—persaingan, modal yang sempat habis, hingga keraguan diri.

Namun, tekadnya tetap membara. Ia mengingat kembali setiap kata Lila, senyum yang pernah menguatkan. “Aku harus buktikan, cinta kami bukan sekadar mimpi.”

Di kampung halaman, Lila menjalani hari-hari yang berbeda. Rumah besar dan segala kemewahan tidak mampu mengisi kekosongan hatinya. Ia sering menatap jendela kamarnya yang menghadap ke halaman luas, merindukan kebersamaan sederhana yang dulu ia punya dengan Arga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *