Olahraga & Kesehatan

Ketua Komisi E DPRD SU: Satgas Covid-19 Jangan Lagi Lakukan Pola Nakuti Rakyat Terkait Penanganan Wabah Omicron

1
×

Ketua Komisi E DPRD SU: Satgas Covid-19 Jangan Lagi Lakukan Pola Nakuti Rakyat Terkait Penanganan Wabah Omicron

Sebarkan artikel ini
Dimas Tri Aji. Kamis (17/2/2022). (Foto/Humas).
Dimas Tri Aji. Kamis (17/2/2022). (Foto/Humas).

Medan, kedannews.com – Pola penanganan pandemi Covid-19, Pemprovsu melalui Satgas Covid-19 diminta jangan lagi melakukan tindakan represif, apalagi menakut-nakuti rakyat, terkait wabah varian Omicron, tapi lakukan secara humanis.

“Kita berharap pola-pola penanganannya tidak lagi seperti sekarang, termasuk menakut-nakuti, karena penyebaran varian Omicron tidak separah fakta yang ada,” kata Ketua Komisi E DPRD Sumut Dimas Tri Aji kepada wartawan, di ruang kerjanya gedung DPRD Sumut, Kamis (17/2/2022).

Dia berharap, penanganannya dilakukan secara humnis, termasuk dengan penguatan sosialisasi, yang melibatkan tokoh agama, dan masyarakat dan pengetatan prokes (protokol kesehatan).

Anggota dewan dari Fraksi NasDem itu merespon munculnya berbagai varian lanjutan dari Covid-19, termasuk Omciron yang pemberitaannya telah meluas melalui media sosial di seluruh dunia.

Menurut Dimas, varian Omicron yang disebut-sebut sebagai turun dari varian lain faktanya tidak seperti yang digambarkan. “Ini hanya virus biasa yang tingkat penyebarannya tidak sengeri varian Delta, sehingga tidak harus disikapi berlebihan,” katanya.

Salah satu upaya yang perlu dilakukan, sarannya, tetaplah mematuhi proses dan teruslah lakukan pendekatan seperti yang sudah dilakukan Gubsu Edy Rahmayadi, dengan memanggil tokoh lintas agama, masyarakat, pemuda dan lain-lain. “Ini saya kira, langkah humanis yang baik dan perlu dilakukan Satgas Covid-19 dalam rangka ikut mencegah dan mengantisipasi penyebaran pandemi,” ujarnya.

Dengan adanya pemahaman dan pengertian yang kolektif, Dimas yakin penanganannya dapat dilakukan dengan baik. “Jadi tidak usah lagi main ancam, hukum dan menakut-nakuti, karena proses diawal sudah kita lewati. Saat ini aktifitas masyarakat sudah menggeliat, tinggal kita lakukan pendekatan yang baik, humanis dan bersama-sama menjaga kesehatan,” ujarnya.

Terkait dengan dihentikannya Pembelajaran Tatap Muka (PTM) oleh sekolah dan universitas, Dimas berpendapat, hal itu sebagai sebuah konsekuensi, tapi bukan berarti PTM-nya yang salah, atau PTM penyebab terjadinya penyebaran baru.

“Bisa saja kemudian, penyebaran pandemi terjadi di sekolah atau unversitas akibat faktor lain yang belum diketahui. Jadi tidak bisa PTM disalahkan. Ini sudah fix. Paling penting, teruslah perketat protokol kesehatan, itu kata kuncinya,” ujarnya lagi.

Penulis: Aris Harianto
Editor: Mery Ismail, S.Sos

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *