Medan, kedannews.co.id – Polemik batas wilayah antara Provinsi Sumatera Utara dan Aceh kembali memanas. Di tengah hiruk-pikuk perdebatan publik, Dicky Zulkarnain, Bendahara Projo Sumatera Utara, tampil menyuarakan sikap tegas namun beradab dalam menanggapi perkembangan isu tersebut.
Dalam pernyataannya di Medan pada 13 Juni 2025, Dicky menyampaikan keprihatinannya terhadap sebuah video yang viral dan memperlihatkan perilaku tidak pantas dari oknum tertentu. Menurutnya, perilaku tersebut tidak hanya menyakiti perasaan masyarakat Sumatera Utara, tetapi juga mencederai semangat kebangsaan dan prinsip etika dalam bernegara.
“Dalam menghadapi persoalan ini, kami ingin menegaskan bahwa Sumatera Utara bukan provinsi yang mudah diintimidasi. Kami memiliki sejarah panjang dan semangat juang yang tak tergoyahkan oleh ujaran kasar atau arogansi emosional,” ujar Dicky Zulkarnain.
Lebih jauh, Dicky menekankan bahwa pihaknya tidak menolak kritik, namun ia mengecam keras penyampaian kritik yang dilakukan dengan cara tidak beretika. Ia menyebut kritik semacam itu bukanlah kontribusi positif, melainkan bentuk provokasi yang justru memperkeruh suasana.
“Kami akan terus menjaga harga diri masyarakat Sumut dengan cara yang santun tapi tetap tegas. Kami tidak akan membalas dengan emosi, tetapi kami tidak akan diam jika martabat kami diinjak,” tegasnya.
Dicky juga menyatakan dukungan penuh terhadap langkah Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, yang mengajak Gubernur Aceh untuk duduk bersama di Kementerian Dalam Negeri dalam menyelesaikan persoalan batas wilayah secara damai dan bermartabat.
“Masalah ini bukan soal siapa yang menang atau kalah, tapi bagaimana kedua pihak bisa duduk bersama menyelesaikan perselisihan ini tanpa menambah luka dan permusuhan,” lanjutnya.
Ia juga mengingatkan agar polemik ini tidak dijadikan ajang provokasi publik yang dapat mempermalukan bangsa di mata dunia.
“Sumut dan Aceh harus kembali pada nilai konstitusi, musyawarah, dan saling menghormati. Jangan sampai masalah ini menjadi tontonan yang mempermalukan kita semua,” tegas Dicky.
“Kami tidak membawa bendera nasional, tapi kami menjaga agar bendera itu tidak koyak karena perilaku yang tidak beretika,” pungkasnya.
Sebagai penutup, Dicky menegaskan bahwa pernyataan ini adalah bentuk suara hati rakyat Sumatera Utara yang menjunjung tinggi etika dan harga diri.
Pernyataan Dicky ini memperlihatkan bahwa Projo Sumut berkomitmen menjaga kehormatan daerah dengan tetap mengedepankan adab, kesantunan, dan rasa tanggung jawab dalam menyikapi persoalan kebangsaan.