Belawan, kedannews.co.id – Lima kali tawuran berdarah dalam sebulan terakhir gegerkan Medan Belawan, warga yakin ini bukan sekadar bentrok remaja, tapi ulah jaringan narkoba.
Konflik berdarah kembali mengguncang Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan, sepanjang Juni hingga 10 Juli 2025, sedikitnya lima kali tawuran antar kelompok pemuda pecah di sejumlah titik rawan.
Bentrok terakhir terjadi pada Kamis, 10 Juli 2025, di Jalan Baru Rumah Tinggi, Simpang Gang 14, Kelurahan Belawan Satu, yang menyebabkan kemacetan menuju Pelabuhan Belawan dan menciptakan kepanikan warga.
Sebelumnya, Rabu 9 Juli 2025, bentrokan juga pecah antara pemuda Gang 7 dan Gang 10 di Jalan Selebes, Kelurahan Belawan Dua. Tawuran lebih tragis terjadi 27 Juni 2025, saat Kali Alfarezi (21), tewas usai diserang pemuda Kampung Kolam dan Jalan Belanak.
Pada 2 Juni 2025, peristiwa serupa melibatkan kelompok Gudang Arang dan Lorong Papan, menyebabkan Hendra Saputra (38) mengalami luka bacok parah, hingga ususnya terburai akibat sabetan senjata tajam.
Gubernur Sumatera Utara, Bobby Afif Nasution, dan Kapolda Sumut Irjen Pol. Whisnu Hermawan Februanto, sebelumnya menyatakan bahwa narkoba adalah akar konflik di Belawan, kini dugaan itu semakin diperkuat eskalasi kekerasan yang terus berulang.
Tokoh masyarakat, pemuda, dan tokoh agama menyebut, kerusuhan ini bukan murni konflik remaja, tapi didalangi pihak berkepentingan, termasuk jaringan bandar narkoba yang ingin menciptakan kekacauan agar bisnis haram berjalan mulus.
“Belawan darurat narkoba, ini bukan rahasia umum. Tawuran ini hanya kamuflase peredaran narkoba,” kata Herianto Laut, Majelis Dewan Pendiri Persaudaraan Masyarakat Belawan Maju, Jumat 11 Juli 2025.
Ia juga menyindir tokoh masyarakat dan elit politik yang hanya hadir saat ada proyek atau momentum politik tertentu, namun abai saat masyarakat butuh peran nyata.
“Yang ada sekarang cuma tokoh tontonan, bukan tokoh panutan. Kalau semua diukur dari materi, jangan heran Belawan terus hancur,” tambah Herianto, dengan nada kesal.
Kritik pedas juga dilontarkan kepada aparat keamanan yang dinilai tak tegas dan terkesan membiarkan situasi makin memburuk, padahal Belawan dikelilingi TNI AL, Lantamal, TNI AD, hingga Polres dan Kejaksaan.
Ketua Umum Anak Belawan Bersatu (ABB), Dedy Satria Ainal, A.Md, menyebut konflik ini bisa saja bentuk tekanan untuk menggusur warga dari wilayah industri strategis.
“Kalau Kapolres dilempar, Kapolsek cedera, mobil anggota DPRD pun dirusak, lalu apa masih bisa kita bicara soal harga diri negara?” tegas Dedy.
Tokoh masyarakat H. Irfan mengusulkan forum diskusi lintas elemen masyarakat, OKP, ormas, tokoh agama, dan aparat, demi mencari solusi damai dan permanen untuk Belawan.
Ustaz Muhammad Nabawi menyatakan, degradasi moral pemuda akibat narkoba, judi, dan miras harus dijawab dengan lapangan kerja dan fasilitas rehabilitasi di Belawan.
“Kalau tidak ada solusi serius, Belawan akan kehilangan generasi masa depan. Tawuran hari ini bisa jadi bom waktu sosial,” kata Ustaz Nabawi.
Ketua DPP Sapma Pejuang Batak Bersatu, Devin Hutabarat, S.Kom, menyerukan langkah konkret dari Mabes Polri dan Kapolda Sumut, dengan lima tuntutan tegas:
- Razia besar-besaran tempat transaksi narkoba.
- Evaluasi Plt Kapolres Pelabuhan Belawan dan Kasat Narkoba.
- Penangkapan kurir, bandar besar, dan beking narkoba.
- Dukungan terhadap Dir Narkoba Polda Sumut, Kombes Pol Jean Calvijn Simanjuntak.
- Desakan ke Gubernur dan Wali Kota Medan agar aktif mengamankan kawasan.
Insiden teranyar berupa pelemparan batu ke mobil anggota DPRD Sumut saat kunjungan kerja di Belawan, jadi bukti nyata lemahnya pengamanan dan memburuknya situasi sosial di lapangan.
Tokoh masyarakat H. Irfan mengajak semua pihak berhenti saling menyalahkan dan mulai membangun komunikasi untuk solusi konkret, bukan sekadar janji dan wacana.
“Kalau memang konflik ini ada skenario, rakyat berhak tahu. Kalau tidak, duduklah bersama. Jangan diam saat kampung halaman terbakar,” ujarnya.
Panggilan juga ditujukan kepada media agar tidak tinggal diam. Pers diminta berani menyuarakan keresahan warga tanpa takut intervensi atau tekanan dari pihak mana pun.
“Stop tawuran, tangkap bandar, pulihkan Belawan,” jadi pesan kolektif masyarakat yang mulai kehilangan kesabaran dan kepercayaan pada penegakan hukum.
Belawan adalah kawasan strategis nasional, tapi juga tempat tinggal bagi ribuan keluarga yang mendambakan rasa aman dan masa depan yang layak. Kini mereka menunggu bukti, bukan sekadar janji.