Jantungnya berdetak cepat. Tubuhnya bergerak sendiri, lebih cepat, semakin cepat. Jalanan berubah. Rumah-rumah menghilang. Sekitarnya menjadi kabur, seperti kabut tebal yang menelan segala sesuatu.
Ia melihat pasar malam lagi, tapi… tidak seperti sebelumnya. Lampu-lampunya temaram, suara orang-orang berubah menjadi dengungan aneh. Di tengah pasar itu, kios tua itu berdiri kembali.
Dika tak bisa menghindar. Kakinya terus membawanya ke sana.
Si kakek sudah menunggu, tersenyum sama seperti sebelumnya.
“Kau melanggar syaratnya, Nak,” katanya lembut. “Sekarang, kau harus berlari… selamanya.”
Dika ingin berteriak, tapi suaranya lenyap. Seketika, tubuhnya semakin ringan, semakin kabur. Ia mencoba melihat tangannya, tapi yang tersisa hanyalah bayangan samar.
Langkah kakinya masih terdengar.
Ia masih berlari.
Namun, kini ia tak lagi punya tubuh.
Dan di sudut gelap pasar malam, sepasang sepatu merah kembali berkilau di atas meja.
Menunggu pemilik baru.
Tamat.
Disclaimer:
Cerita ini merupakan karya fiksi yang dibuat untuk tujuan hiburan dan inspirasi. Jika terdapat kemiripan nama, karakter, atau peristiwa dengan orang atau kejadian nyata, hal tersebut murni kebetulan dan tidak dimaksudkan untuk mencerminkan atau menggambarkan individu atau peristiwa tertentu.