Malam itu, Joni pulang kerja lebih larut dari biasanya. Ia melewati jalan pintas yang terkenal angker, sebuah jalan sempit di samping kuburan tua.
Angin berhembus dingin. Lampu jalan remang-remang, dan hanya suara jangkrik menemani langkahnya. Tapi mendadak—
“Hahaha…”
Joni berhenti. Ada suara tawa samar dari dalam kuburan.
Ia menoleh, matanya menangkap bayangan hitam berdiri di antara nisan. Tubuhnya tinggi, kurus, dan matanya bersinar merah.
“Hai, manusia…” suara itu berat, serak, seperti berasal dari dunia lain.
Joni menelan ludah. “Si… siapa?”
Sosok itu melangkah maju, jubahnya berkibar tertiup angin. “Aku penjaga kuburan ini. Aku mencari seseorang untuk menemani roh-roh kesepian di sini.”
Joni mundur perlahan. “Sa-sa-saya masih hidup, Bang…”